sakitnya sang tiran!

hari-hari terakhir ini soeharto sakit lagi. katanya sih parah. paling tidak terlihat dari sederetan tokoh nasional yang membsuknya di rspp, jakarta. mulai dari mantan menteri, kaum loyalis dan penjilat hingga pejabat negera pasca lengsernya diktator orde baru itu.

soeharto sakit! tentu saja menimbulkan berbagai persepsi tersendiri dalam masyarakat indonesia. ada yang prihatin, dan menggelar doa kesembuhan. ada yang berharap sembuh, supaya bisa diadili. tapi ada yang berpikir mendingan mati saja daripada bikin masalah mulu.

soeharto memang istimewa. the smiling general yang tangannya berlumuran darah rakyat bangsa ini. baik yang dibunuh langsung, maupun yang dicuri uang dan hak-haknya lewat korupsi gila-gilaan yang dilakukannya. tapi di sisi lain, mantan penyelundup bersama bob hasan dan om liem ini dipuja-puja karena berhasil menggairahkan perekonomian nasional. bangun masjid di mana-mana. dan membiarkan eksploitasi sumber daya oleh pihak asing secara besar-besaran. mental korupsi telah berhasil dibangun soeharto bersama militer dan mesin politik orde barunya.

kini, bagai seorang mpu yang perlu diselamatkan jiwanya, soeharto mendapat fasilitas vvip dalam perawatan di usianya yang renta. sungguh kontras dan memuakkan jika menilik perlakuan ayah dari pembunuh berdarah dingin bernama tommy soeharto ini saat memperlakukan bung karno, pahlawan utama bangsa indonesia di akhir hayatnya. jangankan mendapat fasilitas kesehatan, keluarganya saja tak diperkenankan menjenguk.

yang paling memuakkan adalah demi alasan bahwa kita bukan sebagai bangsa pendendam, maka lupakanlah peristiwa itu. ciuh… sakit jiwa! mudah nian melupakan sebuah peristiwa kelam yang dilakukan secara sadar oleh manusia sadis berwajah bayi seperti soeharto kepada bung karno. soalnya adalah bukan dendam atau tidak dendam. tapi fakta hitam yang ditorehkan soeharto yang tak boleh dilupakan begitu saja karena bisa menjadi presenden. kasus korupsi dan berbagai pembunuhan yang dilakukan atas perintahnya langsung maupun tidak patut di hadapkan ke meja hijau. hukuman harus tetap dijalankan. kalau kemudian presiden atas nama penghormatan kepada “jasa-jasa” memberi pengampunan biarlah itu menjadi urusan sby.

Januari 11, 2008 at 5:45 am Tinggalkan komentar

laptop

laptop menjadi benda yang populer saat ini. bukan karena jargon kembali ke laptop yang sering diucapkan tukul dalam siaran empat matanya, tapi karena laptopnya anggota dpr. yang bikin seru adalah di tengah serba kekurangan anggaran di sana-sini, anggota dpr yang sudah memiliki gaji dan tunjangan sangat fantastis masih juga menginginkan laptop gratis. alasannya apalagi kalau bukan untuk menunjang kinerja dewan. btw, siapa percaya alasan ini?

yang mencengangkan adalah harga satuan laptop itu mencapai rp. 21 juta. buat yang tahu harga pasaran laptop niscaya akan berteriak, “masya allah”. sumpah karena laptop dengan nilai 7-8 juta saja sudah sangat canggih dengan merk terkenal pula. ada memang yang punya kisarang hingga rp. 18 juta, tapi itu dengan kemampuan grafis dan video editing yang canggih. apa iya sebegitu butuhnya anggota dpr terhadap kecanggihan grafis dan video editing?

banyak orang yang skeptis dengan kemampuan para anggota dpr mengoptimalkan kemampuan laptop yang dimilikinya. yah, memang paling-paling kebutuhan yang digunakan adalah perangkat lunak office. buat ngetik, bikin bagan statistik maupun presentasi menggunakan power point. lantas sebegitu fantastiskah harga sebuah laptop untuk anggota dpr? hingga total mencapai rp. 12 miliar?

Maret 23, 2007 at 11:55 am Tinggalkan komentar

sedikit seuriues euy!

Gerimis masih menetes malam itu. Bandung memang baru saja diguyur hujan lebat. Di antara rinai hujan itu sebuah mobil kijang menerobos masuk ke halaman sebuah gedung. Menepi di samping terasnya. Satu per satu rombongan anak muda, laki-perempuan, keluar dari mobil yang membawanya. Anak-anak band ternyata. Sambil menenteng tas besar masing-masing mereka berjalan menuju ruangan yang telah ditentukan. Seuriues! Kertas bertuliskan spidol hitam terpampang di pintu ruangan itu.

Waktu itu jam delapan lebih. /rif belum juga muncul. Band yang dimotori Andy itu akan tampil menjadi salah satu headliners bersama Jamrud dalam pagelaran Bandung Rock Sensation 2002 di lapangan Gasibu, Bandung . Sementara rombongan Serieus tampak mulai bebenah. Mengganti kostum, memasang wig, dan beberapa diantaranya sibuk di-make up oleh gadis-gadis yang ikut dalam rombongan tadi. Ada keguyuban di sana . Suasana gotong-royong mendukung Candil cs yang ikut menjadi pelengkap dalam hajatan besar tersebut. Dan abracadabra! Anak-anak Seurieus pun berubah. T-shirt dan jeans lusuh diganti kostum model jaman glam-rock. Lengkap dengan aksesorinya.

Tak lama sebelum semuanya siap, para personel /rif (masih bersama Deny-gitar) masuk menerobos gerimis. Setelah bertegur sapa dengan anak-anak Seuriues, Andy cs yang datang sudah dengan dandanan funky-gothic-nya langsung bergegas menuju ruangannya. Sejumlah panitia (liaison officer) sibuk mengurus /rif. Menyiapkan segala keperluan para rockstar Bandung tersebut, seperti umumnya para panitia lain yang sibuk mengurus super star bila akan tampil. Pemandangan wajar yang biasa terjadi di setiap pertunjukan musik.

I Like Monday

Kenangan itu tiba-tiba saja muncul saat menjejakkan kaki di Hard Rock Café Jakarta , kemarin malam (18/09). Malam tadi memang menjadi /rif dan Seurieus menjadi band pamungkas rangkaian acara I Like Monday. Ada yang terasa kontras dengan perisitwa 4 tahun silam di Bandung tersebut. Candil, Koko, Hayam (Erwin), Mulki, Ezy dan Dinar (Seurieus) tak lagi menjadi anak bawang yang tampil mengisi kekosongan menjelang headliners unjuk kebolehan. Justru malam tadi mereka adalah bagian terpenting dari pertunjukan itu sendiri.

Dalam tata-krama dunia pertunjukan, penampilan pamungkas selalu diperuntukkan bagi band atau penyanyi yang memiliki bobot lebih. Dengan kalimat lain, tampil di akhir acara adalah sebuah penghormatan tersendiri.

/rif band rock kugiran yang baru saja merilis album ke- bertajuk Pil Malu itu maju duluan. Setelah tuntas menggelontorkan Peri Kecil yang dicomot dari kantung album terbaru mereka, Radja pun digeber untuk menghangatkan suasana. Di lagu berikutnya tensi pertunjukan merosot terus. Bahkan Joni Esmod yang digelar sebagai lagu ke-8 dalam song list /rif malam itu tak dapat banyak menolong. Berkali-kali Andy meminta penonton berteriak. “Mana teriakannya? ! Ini hardrock loh.. Ayo teriak, yeaah!!!” seru Andy dengan gaya yang khas. Andy adalah salah satu vokalis yang paling komunikatif.

Tampil full team, Andy, Magi, Jikun, Iwan dan Ovy tampil seperti biasa. Bertenaga dan penuh spirit. Jikun dan Ovy silih berganti menggeber distorsi gitarnya. Iwan seperti biasa tak banyak bergerak. Sibuk dengan basnya. Di antara pukulan drumnya, Magi sesekali terlihat melakukan gerak teatrikal di balik drum-set miliknya.

Suasana mulai panas ketika intro Lo Toe Ye dari gitar Jikun mulai terdengar. Titik didih penampilan /rif terjadi ketika No Woman No Cry milik mendiang Bob Marley (1975) dimainkan. /rif memang kurang greget malam itu.

Giliran Seuriues. Empat lagu (Bisa Baca Tulis, Sendiri itu Indah, Jojoba dan Kapan Ku Punya) tidak disambut secara antusias. Baru ketika lagu Izinkan disuarakan Candil, sebagian penonton mulai ikut terlibat. Koor pun terdengar. Terutama di refrain (… Izinkan bertemu musisi rock & roll)

Apanya Dong (Euis Darlia), Rocker Juga Manusia dan Anak Sekolah (Chrisye) benar-benar membuat hard rock bergetar dengan koor penonton. Suara Candil melengking-lengking di antara gema suara pengunjung. Kemudian Musik Jazz yang diusung sebagai lagu pamungkas harus rela menjadi anti-klimaks. Pertunjukan benar-benar ditutup dengan lagu Enter Sandman (Metallica) oleh seluruh personel /rif dan Seurieus.

Secara keseluruhan Seurieus ternyata lebih memikat ketimbang seniornya itu. Harus diakui sejak Lo Toe Yee (2000) /rif tak punya lagi lagu yang benar-benar mampu menohok ulu hati. Seuriues memang relatif lebih aktual. Band ini kembali masuk ke major label di tahun 2003, setelah sebelumnya sempat merilis single Tukang Jamu (Alternatif Plus – 200) dengan album Rock Bang-Get. Dan benar-benar booming di tahun 2004 lewat Rocker Juga Manusia. Seperti kata pepatah, roda selalu berputar. Dan kini lagi giliran Seuriues. (*)

19/09/2006

Maret 20, 2007 at 4:11 pm Tinggalkan komentar

menakar wanita dalam karya yovie widianto

“Gilaa… puas banget gue!” pekik seorang wanita kepada temannya –
yang juga wanita, usai menyaksikan pagelaran The Magical Journey of Yovie Widianto, 14 September lalu di Plenary Hall, JCC, Jakarta . Sang teman pun tak kalah antusiasnya menimpali pertunjukan yang memakan waktu hampir tiga jam tersebut. Sepintas dari penampilannya, usia mereka dikisaran angka 28-30 tahun-an. Usia rata-rata dari penggemar pria asal kota kembang Bandung ini. Ekspresi semacam itu menjadi pemandangan lumrah dalam pertunjukkan yang menandai 23 tahun kiprah Yovie di dunia musik tanah air, Kamis malam lalu.

Merunut ke belakang, tatkala tembang Cerita Cinta (1995) meluncur di pasaran, dipastikan mereka adalah gadis-gadis cantik yang baru tumbuh remaja. Lazimnya remaja usia belasan, asmaradana merupakan warna baru dalam kehidupan mereka. Lawan jenis menjadi topik pembicaraan yang paling aktual di masa-masa seperti itu. Dan sebuah lagu tentunya menjadi pelengkap keriangan memasuki dunia cinta. Di situlah Yovie Widianto bersama Kahitna hadir mengguratkan kesan yang tak mudah terhapus lewat lagu-lagunya.

Dan ketika trio Hedi Yunus, Carlo Saba dan Ronny Waluya tampil dipenghujung acara membawakan Cerita Cinta, pendulum waktu seperti melempar penonton ke paruh dekade 90-an itu. Gemuruh applause 3000 pasang tangan mengisaratkan terjadinya lompatan memori kolektif sebagian besar penonton yang didominasi kaum hawa tersebut.

Yovie Lahir Untuk Wanita

Musik tentu saja tak pernah dipilah dalam perspektif gender. Tapi premis itu sepertinya gugur seketika, begitu mendengar lagu-lagu yang lahir dari tangan pria berusia 36 tahun tersebut. Bukan saja karena liriknya yang kebanyakan menyangjung- puja wanita, juga lantaran untaian nada yang dipilihnya menyiratkan kehalusan rasa seorang wanita. Dan itu bukan tak disadari Yovie.

“Yovie & The Nuno membuat saya jadi memiliki banyak teman pria,” katanya di atas pentas. Alumnus jurusan HI Fisip Unpad itu juga mengatakan kalau penonton Kahitna 90% adalah wanita, dan sisanya tak jelas. (Belakangan memang untuk menunjukkan “kelaki-lakiannya’ Yovie membentuk band baru bernama Yovie & The Nuno bersama anak-anak muda yang usianya jauh dibawahnya).

Wanita ditangan Yovie tak sekadar menjadi obyek, melainkan sumber inspirasi yang tak pernah kering. Di kalangan terbatas, hal ini sudah lama menjadi bisik-bisik. Persinggungan rasa Yovie dengan banyak wanita cantik (umumnya artis dan selebriti), baik sebelum maupun setelah menikah memang terbukti melahirkan karya-karya yang memikat dan diminati. Dalam sebuah perbicangan di tahun 2000, Carlo Saba menilai bahwa puncak kreatifitas Yovie terjadi ketika sahabatnya itu menjalin kasih dengan Marina . (Marina adalah model videoklip Cerita Cinta, 1995 dan Cantik, 1997).

Dan Yovie pun tak menampik nama-nama seperti Maudy Koesnaedy, Cut Tari, Happy Salma dan Bunga menjadi bagian dari perjalanan karya-karyanya. “Dan ada seorang wanita di luar sana . Tapi biarlah itu menjadi bagian dari exclusive diary saya,” kata Yovie setelah sebelumnya disindir Tika Panggabean, Hedi Yunus dan Sita RSD, yang menjadi mc ditengah acara.

Keajaiban Yovie Widianto

Dalam hitungan menita sebuah lagu baru lahir di tengah konser yang juga dihadiri guru musik Yovie, Elfa Secoria. Tiga not (si-la-re) dan tiga kata; maaf, manis dan selingkuh yang dipilih penonton dirangkai Yovie menjadi sebuah lagu baru yang malam itu dibawakan Hedi Yunus.
Maafkan kekasih tercinta
Maafkan ku tak bisa lagi
Maafkan kekasih tercinta
Tak ada cinta lagi
Meskipun terasa manis
Tetapi harus kita akhiri
Meskipun terasa Indah
Selingkuh tak membawa bahagia
Dalam urusan menggubah nada, Yovie memang mumpuni. Sejumlah lagu hit lahir dari tangannya dan dinyanyikan banyak penyanyi. Tak salah kalau dia dijuluki sebagai hit maker.

Pada penampilannya Kamis lalu itu, Yovie ditemani sejumlah nama tenar seperti Audy, Dea Mirella, Arman Maulana, Rio Febrian, Sita Nursanti (RSD), Gail dan Dudi (Nuno), Hedi Yunus, Mario dan Carlo Saba (Kahitna), Ronny Waluya dan Steven alias Tepeng (Scope dan Steven & Coconut Treez).

Selain rombongan penyanyi beken tadi diboyong juga para musisi kawakan seperti Henry Lamiri (biola), Iwan Wiradz dan Syarif (perkusi), Kadek Rahardika dan Eddie Kemput (gitar), Ari Dharmawan (bas), serta 14 musisi orkestra.

Meski mengaransemen ulang lagu-lagunya dalam balutan rock ala Yovie (Satu Mimpui, Arman Maulana) dan bahkan reggae (Katakan Saja, Stven), namun ia tak beranjak dari konsep big band seperti yang selama ini ia lakukan bersama Kahitna. (*)
[Sebagian prestasi Yovie Widianto : The Best Composer 1991 di Taiwan, Grand Prix Winner Band Explosion 1987 (Kahitna), Band Explosion Toyo-Japan (1986), Band Explosion Tokyo-Japan 1991 (Kahitna), Indonesia 6 (Elfa Music Studio) 1986-1990, Kahitna Singer 1983-1986, Founder and Leader of Kahitna 1986 sampai sekarang.]

17/09/06

Maret 20, 2007 at 4:09 pm Tinggalkan komentar

menyusun kembali serpihan ingatan

Menyusun Kembali Serpihan Ingatan

Dulu sekali. Tepatnya tahun 1989. Sekitar 164 km dari Jakarta , sebuah kecamatan bernama Pamanukan. Sebuah tabloid baru tampil dengan cover Iwan Fals yang sangat memikat. Citra. Demikian selintas terbaca nama tabloid itu. Belakangan setelah dicermati ternyata bernama Citra Musik. Ada perasaan luar biasa ketika membuka lembar per lembar isi tabloid yang ternyata merupakan edisi kedua (edisi pertama bercover Rhoma Irama). Bukan apa-apa di sebuah kota kecil seperti Pamanukan, informasi tentang musik lewat sebuah tulisan adalah hal yang sungguh langka. Beberapa edisi majalah HAI memang sempat mampir. Itupun tak bisa rutin.

Perkenalan pertama dengan Citra Musik edisi 2 telah membawa cakrawala baru terhadap musik sebagai sebuah kesenian sekaligus komoditi. Jika sebelumnya musik monopoli telinga, dan sesekali memainkannya dengan gitar, kemudian berubah menjadi sebuah topik perbincangan menarik. Setidaknya ada modal baru buat sekadar gaya di depan teman-teman, saat berbicara soal musisi tertentu. Merasa paling tahu, dan rada-rada sok jago.

Ada yang menarik dari persentuhan tersebut. Dari situlah pertama-tama mengenal nama-nama seperti Hans Miller Banureah, Remy Soetansyah, dan Marcel Hartawan.

Tentang Hans Miller. Yang terbayang ketika membaca namanya adalah sosok lelaki paruh baya (macam Slamet Abdul Syukur ketika itu), seorang wartawan senior yang juga kritikus musik. Yang kedua sebuah tulisan pengantar redaksi yang mengulas soal penampilan Tommy Page saat tampil di tanahair. Kadir Pun Bisa Menyanyi. Demikian judul tulisan tersebut. Memang waktu itu Kadir (pelawak) sempat juga memiliki lagu yang dinyanyikannya.

Tentang Remy Soetansyah. Namanya sering ketuker-tuker dengan nama budayawan Remy Sylado. Sehingga waktu itu sulit merekontruksi profilnya dalam imajinasi. Cuma yang dingat saat membaca namanya di box redaksi adalah kalimat, “Ooh, dia juga ada di sini.” Itu saja. Nama Remy Soetansyah memang lebih familiar di mata dan telinga ketika itu.
Tentang Marcel Hartawan. Sosoknya menjadi lekat diingatan gara-gara tulisan Hans Miller di pengantar redaksi. Kami Pun Punya Rokcer. Kira-kira begitulah judulnya. Sosok Marcel, fotografer muda bertubuh ceking dan berambut gondrong diinterpretasikan dalam tulisan itu tak ubahnya seorang rocker. Bahkan untuk sekadar menyetop taksipun menggunakan salam tiga jari (metal). Dari itulisan itu juga pengetahuan tentang apa itu salam tiga jari menjadi kebanggan tersendiri di mata teman-teman SMA saat itu. Disinggung juga kalau salam itu ada yang menterjemahkannya sebagai bayangan kepala setan.

(Di kemudian hari, rupanya pendulum nasib membawa ketiga nama itu dalam persentuhan spirit, ide dan kreatifitas. Dan bisa jadi persentuhan nasib).

Sayang kegairahan membaca dan memperbicangkan musik lewat Citra Musik tak berumur panjang. Nasibnya dikubur secara paksa ketika tabloid Monitor, yang merupakan induk dari Citra Musik dibreidel. Eksistensi Citra Musik yang sempat digadang-gadang sebagai pengganti majalah musik Aktuil berakhir sudah. Nasib buruk Citra Musik ini menjadi tradisi buruk tabloid atau majalah musik lainnya yang muncul belakangan. NewsMusik relatif lumayan bertahan lama. Begitupun dengan tabloid Mumu. Tabloid Dangdut berumur pendek. Tabloid ROCK, yang kebetulan dibidani Hans Miller dan Remy Soetansyah, nasibnya setali tiga uang dengan Citra Musik.

Ketika tahu bahwa Citra Musik coba dihidupkan lagi dengan wahana berbeda, itu cukup menggelitik ingatan kembali ke masa-masa dulu. Saat masih jauh dari peradaban industri musik. Spirit Citra Musik yang sempat terekam dalam ingatan memberikan harapan agar “nasib buruk” tempo hari terputus dengan bergantinya wahan untuk menuangkan kreatifitas. Kendati Musikmu.com, Musikkamu.com dan Musickita.com tak juga bernafas panjang. Tapi, tidak ada salahnya kan berusaha terus? (*)

15/09/06

Maret 20, 2007 at 4:05 pm 2 komentar

Older Posts


Kategori

  • Marka buku

  • Feeds